Menggunakan ukiran dan ornamen yang mempunyai makna
Lalu yang kedua adalah banyaknya ukiran atau ornamen di dalam maupun luar rumah yang mengandung makna. Setiap pajangan pada rumah adat Betawi memiliki makna tersendiri. Selain sebagai hiasan untuk memperindah ruangan, namun ada pula makna yang diharapkan. Berikut adalah arti beberapa ukiran dan ornamen yang biasa ditemui di sana:
Terdiri dari 4 jenis rumah
Rumah Betawi yang sering kita lihat dan tercatat secara resmi adalah rumah kebaya. Namun, ternyata masih ada beberapa jenis rumah lainnya. Empat jenis rumah Betawi di antaranya adalah rumah kebaya, rumah panggung, rumah gudang, dan rumah joglo. Perbedaan jenis ini disebabkan oleh faktor lokasi dan budaya yang ada di sekitarnya. Meskipun terdiri dari 4 jenis, semua jenis rumah Betawi tersebut masih memiliki ciri khas yang berkesinambungan antara satu dengan yang lain.
Sifat orang Betawi yang terbuka pada tamu ditunjukkan dengan teras yang luas di rumah Betawi. Di teras ini juga terdapat meja dan kursi yang berfungsi untuk menjamu tamu-tamu tersebut atau sekadar menjadi tempat bersantai. Konsep terbuka tadi juga diterapkan pada pagar rumah yang berukuran rendah. Keterbukaan ini sangat cocok untuk diterapkan pada rumah Betawi modern.
Tidak memiliki kamar mandi yang digabung dengan bangunan utama
Keunikan pertama yaitu tidak adanya kamar mandi pada rumah adat. Masyarakat Betawi memiliki prinsip-prinsip tertentu yang sudah dipercaya dan dipegang oleh masyarakatnya. Salah satunya yaitu mengatakan, semua kotoran harus disingkirkan dari bangunan utama atau bangunan tempat mereka tinggal.
Hal tersebut dimaksudkan supaya penghuni rumah atau siapa saja yang tinggal di rumah itu tetap bersih baik lahir maupun batin. Maka dari itu, setiap rumah adat Betawi tidak ada yang mempunyai kamar mandi bersatu dengan bangunan utama. Umumnya mereka meletakkan kamar mandi di belakang rumah, terpisah dengan bangunan utama.
Arsitektur Rumah Tradisional Betawi
Arsitektur merupakan bagian dari produk kebudayaan manusia dengan perwujudan berupa bangunan fisik. Produk budaya manusia ini lebih banyak terjadi dalam bentuk rumah tinggal, sebagai kebutuhan dasar manusia selain makanan dan pakaian.
Arsitektur suatu bangunan dikatakan “tradisional” apabila penciptaan struktur dan konstruksi, pengaturan tata letak ruang, penggunaan ragam hias, dan cara pembuatan bangunan tersebut diwariskan secara turun-temurun dalam suatu kebudayaan atau lokalitas tertentu. Selain itu, dikatakan tradisional bila fungsi yang dimilikinya untuk mewadahi kegiatan-kegiatan atau kebutuhan-kebutuhan yang muncul dari kebudayaan tersebut.
Arsitektur tradisonal rumah Betawi merupakan suatu fenomena yang tumbuh dari percampuran pengaruh berbagai kebudayaan. Berakar dari kebudayaan Melayu kuno, masyarakat Betawi sebagai yang melahirkannya adalah masyarakat hasil percampuran berbagai latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, baik oleh pendatang dari berbagai pelosok Nusantara maupun dari luar Nusantara. Kehadiran para pendatang tersebut secara langsung maupun tak langsung memperkenalkan unsur-unsur arsitektur daerah asalnya ke tanah Betawi (Jakarta).
Percampuran tersebut melahirkan arsitektur rumah tradisional Betawi yang beragam, baik dilihat dari tipologi bentuk rumahnya maupun dari unsur-unsur arsitektural seperti struktur, tata ruang, ragam hias, dan detailnya.
Tipologi Rumah Tradisional Betawi
Terdapat empat tipe rumah tradisional Betawi, dengan patokan bentuk atap yang berkaitan erat dengan bentuk denah/badan rumah, yaitu:
Merupakan tipe rumah tradisonal Betawi dengan bentuk denah/badan rumah memanjang ke samping. Bagian atap utama berbentuk pelana yang memiliki lipatan jurai dalam serta terusan atap dengan kemiringan landai pada sisi depan dan belakang rumah. Terusan atap pada bagian depan berfungsi sebagai atap teras masuk, sedangkan pada bagian belakang mengatapi ruang dapur srondoyan (dapur).
Sama seperti tipe sebelumnya, tipe Rumah Kebaya merupakan rumah tradisonal Betawi dengan bentuk denah/badan rumah memanjang ke samping. Bagian atap utama berbentuk pelana yang memiliki lipatan jurai dalam serta terusan atap dengan kemiringan landai pada sisi depan dan belakang rumah. Terusan atap pada bagian depan juga berfungsi sebagai atap teras utama, dan bagian belakang menjadi atap ruang srondoyan (dapur).
Yang membedakan dengan Rumah Bapang, pada tipe Rumah Kebaya mengalami penambahan ruang semacam paviliun tertutup ataupun teras terbuka di area samping kiri dan kanan rumah. Ruang tambahan tersebut memiliki bagian atap yang menempel pada dinding segitiga sopi-sopi atap pelana utama. Bila dilihat dari arah depan rumah maka akan tampak secara metafora seperti pakaian kebaya.
Adalah tipe rumah tradisonal Betawi dengan bentuk denah memanjang ke belakang. Bagian atap utama berbentuk pelana seimbang tanpa mengalami lipatan. Atap tambahan menempel pada dinding segitiga sopi-sopi depan yang mengatapi teras masuk, dan pada bagian belakang yang mengatapi ruang srondoyan (dapur).
Merupakan tipe rumah tradisional Betawi dengan bentuk atap berbentuk limas perisai dengan empat lipatan jurai luar sebagaimana umumnya rumah adat Melayu. Rumah tipe ini memiliki denah/badan bangunan berbentuk persegi yang relatif kotak. Pada tipe ini ada pula modifikasi bentuk di mana bagian tengah atap mengalami peninggian ekstrim hingga menyerupai bentuk seperti atap Joglo pada rumah tradisional Jawa.
Secara geografis tempat tinggal, empat tipe rumah tradisional Betawi tersebut mengalami kekhasan tertentu dalam hal ketinggian level lantai rumah. Rumah Betawi di tengah kota pada umumnya rumah tapak yang mengalami peninggian lantai 20-30 cm dalam bentuk urugan tanah atau perkerasan masif lainnya. Memiliki ragam permukaan lantai, mulai dari tanah yang dipadat-licinkan, pluran semen polos, hingga yang dilapisi ubin teraso atau keramik.
Betawi daerah pinggir cenderung berpanggung dengan kaki umpak batu atau semen setinggi 40-60 cm dari atas permukaan tanah. Lingkungan tinggal dahulu berupa kebun dan ladang yang dibanyaki oleh hewan melata dan hewan liar berbahaya lainnya. Sedangkan rumah orang Betawi daerah pesisir (pantai) cenderung berpanggung setinggi lebih dari 1 meter akibat kondisi lingkungan yang sewaktu-waktu mengalami banjir akibat peninggian air laut.
Memiliki pagar rendah dengan teras yang luas
Seperti yang sudah dijelaskan di atas sebelumnya, rumah adat di sana memiliki teras yang luas. Pendopo atau teras ini biasanya dilengkapi dengan tempat duduk juga amben atau tempat rebahan. Semua itu disiapkan untuk menjamu tamu yang datang. Artinya, masyarakat Betawi memang sangat terbuka dengan berbagai orang baru, dan tidak memandang suku, agama, maupun ras.
Selain itu, pagar yang dibuat mengelilingi rumah bagian depan umumnya tidak terlalu tinggi. Pagarnya dibuat rendah sekitar 80 cm dengan tebal kira-kira 3 sampai 5 cm. Bahannya dibuat dari kayu. Arti dari pagar rendah ini adalah adanya batas antara dunia luar dengan rumah.
Harapannya, rumah dapat terhindar dari hal-hal negatif yang ada di luar pagar. Kemudian pintu masuk ke rumah juga memiliki arti, yaitu bagi tamu yang datang hendaklah memiliki adab yang baik. Ketika masuk rumah harus melalui depan, bukan belakang.
Pola Ruang Dalam Rumah Tradisional Betawi
Komposisi dan perletakan ruang dalam rumah tradisional Betawi memiliki konsep sumbu tengah simetris yang dimulai dari tangga/undakan teras, pintu masuk utama, hingga pintu keluar dapur. Walau demikian, komposisi dan perletakan ruang-ruang dalam ada yang simetris ada pula yang asimetris.
Secara urutan ruang dimulai dari teras depan sebagai ruang publik penerima tamu. Masuk ke ruang dalam yang berfungsi sebagai ruang makan atau musyawarah keluarga, berlanjut ke ruang tengah yang berfungsi sebagai ruang tidur anak laki dengan bale-bale sekaligus tempat menyimpan pendaringan. Ruang tengah memiliki pintu langsung menuju ruang srondoyan (dapur) yang menjadi bagian belakang rumah. Kamar-kamar tidur (pangkeng) diakses dari ruang makan dengan perletakan kamar anak perempuan di bagian depan, dan kamar orang tua di bagian lebih dalam. Semua kamar memiliki jendela yang mengarah ke luar rumah.
Sejarah Rumah Adat Betawi
Sejarah merupakan hal penting yang patut dipelajari. Apalagi bagi sejarah keberadaan rumah adat betawi. Rumah adat betawi ini juga erat kaitannya dengan keberadaan penduduk betawi sendiri. Betawi sendiri berasal dari kata Batavia, yang menjadi julukan kota Jakarta di masa lampau.
Pada saat kolonial Belanda melakukan sensus penduduk tahun 1930, Betawi baru diketahui keberadaannya. Betawi menjadi etnis tersendiri di Indonesia pada masa itu. Mereka disebut sebagai etnis yang mendiami Batavia kala itu. Sebenarnya, etnis Betawi ini merupakan gabungan dari penduduk berbagai daerah. Di antaranya ada Jawa, Bali, Makassar, Sunda dan Sunda yang dahulu didatangkan oleh pemerintah Belanda. Pada akhirnya, pernikahan antar suku tersebut yang mendiami Batavia menjadi penduduk beretnis Betawi.
Jika dilihat lagi, rumah adat Betawi ini dipengaruhi oleh adanya akulturasi budaya. Di mana adanya beberapa suku di daerah Batavia membuat mereka saling melebur. Hasilnya, Anda bisa melihat pada arsitektur bangunan rumah adat betawi.
Terdapat dua budaya yang melebur dalam rumah adatnya, meliputi budaya internasional dan juga lokal. Dari tampilannya, Anda bisa melihat bentuk rumah Betawi hampir mirip dengan rumah Joglo khas jawa tengah. Lalu Anda juga akan melihat beberapa ciri-ciri rumah panggung Sunda di sana. Kemudian, budaya Internasional juga turut terlibat dalam rumah adat Betawi. Ornamen dan hiasan yang dipakai oleh masyarakat Betawi, seperti pada pembuatan pintu dan jendela mengadopsi dari budaya luar negeri, seperti Arab, Eropa, dan China.
Jika Anda belum mengunduh gambar apa pun hari ini, Anda mungkin berbagi IP dengan orang lain. Jangan khawatir, ini dapat diselesaikan dengan meningkatkan premium.
Jika Anda belum mengunduh gambar apa pun hari ini, itu mungkin karena kotak surat Anda diidentifikasi sebagai kotak surat ilegal. Jangan khawatir, ini dapat diselesaikan dengan meningkatkan premium.
Jangan khawatir, ini dapat diselesaikan dengan meningkatkan premium.
Dapatkan langganan premium dan unduh lebih banyak sumber daya.
Kami mohon maaf atas kebingungannya, tetapi kami tidak bisa tahu apakah Anda adalah seseorang atau skrip.
Centang kotak ini dan kami akan berhenti menghalangi Anda.
Macam-macam Rumah Adat Betawi
Setiap daerah tentu memiliki lebih dari satu rumah adat. Macam-macam rumah adat ini selain menjadi hasil kebudayaan suatu daerah juga menjadi karakteristik kehidupan masyarakat. Di Betawi sendiri yang secara resmi tercatat sebagai rumah adat hanya rumah Kebaya. Akan tetapi, selain itu masih ada beberapa jenis yang juga ada di sana. Di antaranya adalah rumah Panggung, rumah Joglo, dan rumah Gudang.
Meski tidak tercatat secara resmi, namun rumah-rumah tersebut masih ada di Betawi dan dilestarikan oleh penduduk sampai sekarang. Sehingga keberadaannya juga cukup berpengaruh terhadap kebudayaan masyarakat setempat. Untuk lebih detailnya, simak ulasan keempat rumah adat Betawi berikut ini ya:
Kebaya mungkin lebih dikenal sebagai pakaian adat tradisional. Ya, barangkali nama rumah Kebaya memang belum cukup dikenal masyarakat luas. Padahal, rumah jenis ini sudah diakui secara resmi sebagai rumah adat Betawi.
Mengapa disebut Kebaya? Sebab bentuk atap rumah ini mirip dengan pelana yang dilipat. Lalu jika Anda melihatnya dari samping, maka lipatan-lipatan tersebut akan nampak seperti lipatan pada kain kebaya.
Di rumah Kebaya ini juga ada aturan tertentu dalam pembagian ruangnya. Biasanya pemilik rumah membagi ruang menjadi 2 area, satu untuk semi publik (menerima tamu dll) dan satunya untuk ruang pribadi. Area publik umumnya diletakkan di bagian depan, yaitu sebagai teras dan ruang tamu. Jika Anda bertamu ke rumah Kebaya, Anda bisa datang dan duduk dengan leluasa di area tersebut.
Sementara area pribadi rumah Kebaya ada berbagai macam, seperti kamar mandi, kamar tidur, ruang makan, dapur, dan pekarangan rumah. Area inilah yang biasanya hanya boleh dilihat oleh orang tertentu saja, bisa saudara atau kerabat dekat.
Ada pula kamar khusus bagi tamu di rumah ini, diberi nama khusus paseban. Sebagai penghormatan terhadap tamu yang menginap, kamar ini akan dihias dan dibuat sebagus mungkin. Pintunya diberi ukiran, atau atapnya diberi renda seperti kebaya. Namun bisa juga paseban ini dijadikan tempat beribadah apabila tidak ada tamu yang menginap.
Rumah adat Betawi yang kedua adalah rumah Gudang. Biasanya rumah jenis ini akan banyak ditemukan di pedalaman. Seperti yang sudah dijelaskan, beberapa jenis rumah terbentuk berdasarkan lokasi dan budaya di sekitarnya. Jadi, ada aturan yang hanya memperbolehkan masyarakat di daerah pedalaman saja yang bisa membangun rumah Gudang ini.
Adapun bentuk rumah Gudang yaitu memanjang layaknya sebuah persegi panjang. Atapnya memiliki struktur pelana di atas dilengkapi dengan ornamen jurai dan perisai. Lalu struktur kudanya dipakai untuk struktur atap pada rumah gudang.
Di rumah gudang terdapat dua pembagian ruang dengan fungsi berbeda. Ruang bagian depan dipakai untuk menerima tamu, kemudian tengah untuk dapur dan kamar tidur. Rumah Gudang umumnya tidak memiliki bagian belakang, sebab ruang belakang akan digabung dengan ruang tengah.
Rumah adat selanjutnya yaitu rumah panggung. Rumah ini mirip dengan rumah Si Pitung. Adapun bangunan ini biasanya ada di daerah pesisir pantai. Rumah panggung yang tinggi ini telah disesuaikan dengan daerah pesisir, jadi apabila ada pasang air laut rumah masih aman dan tidak terendam air.
Untuk material yang dipakai dalam pembangunan rumah panggung sebagian besar adalah kayu. Selain mudah dibentuk, jaman dulu material kayu jauh lebih mudah untuk ditemukan.
Apabila Anda mengunjungi rumah panggung, maka Anda akan menemukan ornamen-ornamen yang sederhana dan unik khas Betawi. Biasanya ornamen yang dipakai adalah ukiran berbentuk geometris, seperti persegi, ketupat, atau lingkaran. Pemasangannya pun beragam, ada di pintu, jendela rumah, dan bagian lainnya.
Selain dikenal sebagai rumah adat jawa, rumah joglo juga dikenal sebagai rumah adat Betawi. Meski begitu, keduanya tentu tetap memiliki perbedaan. Apabila rumah Joglo Jawa Tengah memiliki atap seperti trapesium, rumah joglo Betawi memiliki atap seperti perahu yang terbalik. Lalu jika Joglo Jawa dikenal dengan adanya penyangga atau soko, maka tidak demikian dengan joglo Betawi.
Rumah adat Betawi Joglo memiliki bentuk bujur sangkar dan bangunannya dibuat memanjang. Lalu, rumah ini dibagi menjadi tiga ruangan. Pertama ruang depan, lalu ruang tengah, dan ruang belakang. Seperti biasa, ruang depan dipakai untuk menerima dan menjamu tamu.
Lalu ruang tengah diisi dengan ruang keluarga dan kamar tidur, tempatnya lebih privasi dari ruang depan. Kemudian ruang belakang digunakan untuk kamar mandi dan dapur. Rumah joglo ini memiliki arsitektur yang lebih luas dari rumah lainnya.
Sehingga yang memiliki rumah Joglo Betawi biasanya adalah masyarakat dengan status sosial tinggi. Selain karena arsitekturnya, material kayunya juga cukup mahal, dan biasanya rumah ini terletak di pinggiran kota.